Senin, 27 April 2015

Cerpen "Jangan Berisik"

TUGAS ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI (SOFTSKILL)

TULISAN BEBAS (Cerpen)

Nama : Anita

NPM : 21213091

Kelas : 2EB26

UNIVERSITAS GUNADARMA

Salam kenal untuk teman-teman semua, untuk memenuhi tugas softskill mengenai tulisan bebas. Berikut Ini adalah kisah nyata dari pengalaman saya, teman saya, dan anak-anak didik teman saya. Karena teman saya, adalah seorang pelatih PMR (Palang Merah Remaja) di suatu Sekolah Menegah Pertama (SMP). Maka untuk menjadi prefesi dan nama baik pihak-pihak yang bersangkutan dicerita ini. Saya akan samarkan nama-nama pihak yang bersangkutan dicerita ini. Cerita ini saya publikasikan untuk memenuhi tugas softskill mengenai tulisan bebas dan untuk berbagi pengalaman dengan teman-teman pembaca.

Cerpen ini kisah nyata, karangan : Anita

Jangan Berisik

Sabtu, tahun 2014 sekitar bulan Juni, aku diminta untuk membantu temanku yaitu Cemit (panggilan akrabku padanya). Cemit mengirim sms kepada aku “nit (paggilan akrabnya untukku) hari ini kamu ada jadwal kuliah ga? Kalo ga ada, bisa ga hari ini temenin aku ngajar PMR di SMP (tempat cemit mengajar PMR) soalnya anak-anak yang nanti latihan PMR dari kelas 8 s/d kelas 9 untuk demonstrasi dihadapan anak-anak baru yang sedang di MOS (Masa Orientasi Siswa)? Aku takut kewalahan dan ada praktek PP (Pertolongan Pertama) bagian pembalutan luka aku ada yang lupa, kamu kan paling jago nit. Kalo kamu bisa, hari ini jam 1 siang latihannya. Nanti aku nyamper ke rumah kamu sekitar jam setengah 1 siang, setelah aku sholat”. Aku pun membalas sms nya cemit “bisa cemit, hari ini aku sedang tidak ada jadwal kuliah. Ya udah kalo kamu sudah dijalan menuju rumahku, kamu sms aku ya mit”. Setelah itu Cemit pun membalas sms aku “oke nit J makasih nit mau bantu”. Maka aku pun membalas smsnya “iya cemit J sama-sama”.

Lalu sekitar jam setengah 1 siang Cemit mengabari ku lewat sms kalau dia sudah dijalan menuju rumahku. Tidak lama kemudian Cemit sampai dirumahku, dan karena aku sudah siap, kami pun langsung berangkat menuju SMP tempat cemit mengajar PMR. Kami sampai di SMP tempat cemit mengajar sekitar jam 2, kami datang terlambat karena lokasi cukup jauh dan kami terjebak macet, selain itu karena naik angkutan umum kami harus menunggu angkutan umumnya jalan. Rupanya anak-anak sudah memulai latihannya, anak-anak yang terpilih untuk demostrasi hanya beberapa orang yaitu Unyil, Usro, Embul, Cuplis, Upin, Ipin, Melani, Yayah, Ipeh, Lala.

Dengan ekspresi ceria mereka berteriak memanggil Cemit “wah kakak baru dateng, kakak miss telat hehehe..”. Cemit pun membalas candaan anak-anak didiknya “yah.. maaf deh kakak kan naik angkot, jangan dong kakak kan terlalu on time masa miss telat hehehe. Temen-temen kalian yang lain kemana?”. Lalu mereka pun menjawab sambil tertwa bersama “waduh kakak memang telalu on time kak J hahaha”. Salah satu dari mereka yaitu Melani menjawab “yang lain kelas 9 ga bisa izin semua kak karena ada pelajaran tambahan, kalo yang kelas 8 lainnya udah pulang. Jadi yang latihan cuma yang ikut Demostrasi aja kak”. Cemit pun menjawab “oh begitu, ya udah kalo begitu kita mulai latihannya, tapi sebelunya kakak kenalin dulu nih temen kakak sejak SMA dulu dia wakil kakak waktu di ekskul PMR panggil aja kak nit ya”. Mereka pun tersenyum kepada ku, dan berkata “hai kak J mohon bantuannya ya kak ajari kami”. Aku pun menjawab “iya J salam kenal ya semuanya”. Cemit pun berkata “nah ayo coba tunjukan hasil latihan kita kemarin, kemarin kan kita udah latihan tapi dibagian pertolongan pertamanya ada yang salah. Ini ada kak nit yang akan bantuin kakak untuk ajarin kalian. Tapi tunggu deh kalian mau latihan disini, disamping bagian belakang sekolah sebelah kanan? Emang ga bisa dilapangan sekolah?” mereka menjawab “iya kak karena dilapangan sekolah sudah penuh anak-anak ekskul lain juga laihan kak”. Cemit pun berkata “hemm ya udah deh ga apa-apa, ayo kita latihan”.

Setelah mendengar perkataan Cemit menanyakan kenapa latihan disini dengan penuh keraguan, aku menjadi mulai merasa kurang nyaman dengan tempat latihan kami, ditambah lagi posisi kami latihan adalah halaman sebuah rumah kosong yang sudah rusak beberapa bagian rumahnya. Rumah kosong itu teletak paling pojok dijajaran rumah warga sekitar, dan banyak pepohonan yang rindang disekitarnya. Mereka pun memulai demostrasi mereka, aku dan cemit memperhatikan demostrasi pertolongan yang mereka lakukan. Memeng benar yang cemit katakan, dibagian melakukan pembalutan luka ada kesalahan. Maka aku pun menghentikan demostrasi mereka dan mengajari mereka. Sedangkan cemit menginstruksi langkah demi langkah anak-anak didiknya dalam melakukan demostrasi. Tak terasa hari mulai sore sekitar jam 4 lebih 15 menit dan kami pun memutuskan untuk beristirahat.

Awal mula kami latihan, warga sekitar banyak yang berkumpul didekat tempat kami latihan terutama ibu-ibu yang mengobrol serta ada yang menyuapi anaknya dan anak-anak yang sedang bermain. Tetapi anehnya saat kami beristirahat karena hari sudah mulai sore dan istirahat sholat ashar, ibu-ibu dan anak-anak tersebut mulai pulang ke rumahnya masing-masing dan ekitar kami pun mulai sepi. Akhirnya cemit dan anak-anak yang lain sholat, karena aku nonmuslim, aku dan anak-anak yang sedang berhalangan untuk sholat bertugas menjaga barang-barang latihan sementara yang lain sholat.

Aku, Melani, dan Yayah saat itu kami menunggu mereka yang sedang sholat. Kami bertiga mulai merasakan hawa (udara) yang dingin, padahal sore hari itu sangat cerah mataharinya, tidak ada tanda-tanda akan terjadi hujan. Melani yang kebetulan mempunyai indra keenam dan melani dapat melihat mahluk halus. Sedangkan aku kebetulan hanya dapat merasakan situasi dimana suatu tempat tersebut ada sesuatu yang aneh. Yayah dengan polosnya berkata kepada ku dan melani “kak nit, melani kok dingin ya?”. Aku menjawab “hah? Ga kok tenang aja, mungkin cuma perasaan kamu aja” aku tersenyum kepada Yayah untuk menenangkan Yayah. Walaupun sebenarnya aku sudah tahu bahwa tempat ini ada yang tidak beres. Sedangkan Melani hanya diam saja, karena aku tahu melani pun sudah melihat dan merasakan seseuatu yang aneh.

Beberapa saat kemudian selesai sholat Cemit, Upin, Ipin, Ipeh, Lala kembali ketempat kami latihan. Aku pun bertanya kepada Cemit “loh kok Unyil, Usro, Embul, Cuplis ga kesini lagi? Mereka kemana cemit?”. Lalu cemit menjawab “mereka lagi ambil tas mereka nit kan dikit lagi kita mau selesai latihan. Sekalian mereka amilin tas yang lain juga”. Tak lama kemudian Unyil, Usro, Embul, dan Cuplis berteriak untuk bercanda berisik sekali “woi woi woi tas siapa sih ini berat banget jangan diambilin ah, tinggalin aja disini hahaha” dari tembok sekolah pembatas antara sekolah mereka dengan tempat latihan kami yaitu halaman sebuah rumah kosong. Tembok pembatas tersebut terdapat lubang kecil disana terlihat mata dari salah satu mereka, melihat kami diluar. Lalu anak-anak yang diluar berteriak kecuali Melani, aku dan Cemit kami hanya diam dan cemit manasehati anak-anak didiknya agar jangan berisik.

Tiba-tiba tas-tas anak-anak terlempar dari tembok, dan ada suara Unyil, Usro, Embul, dan Cuplis dimarahi oleh seorang guru sebut saja Pak Raden karena mereka melempar tas dan dikir Pak Raden mereka ingin kabur dari sekolah selama jam pelajaran, padahal mereka ada surat izin latihan PMR untuk demostrasi. Cemit dan aku menghampiri mereka dan Pak Raden untuk menjelaskan yang terjadi sebenarnya serta menunjukan surat izin untuk latihan.

Setelah itu Cemit dan aku membawa Unyil, Usro, Embul, Cuplis kembali ke tempat latihan. Mereaka menangis ketakutan sampai terlihat pucat, mereka menangis sambil membaca ayat-ayat suci al-quran. Aku dan Cemit bertanya kepada mereka, sambil menenangkan mereka “kalian kenapa??? Udah ga apa-apa kok kalian ga akan dihukm karena masalahnya udah selesai. Pak Raden dan guru-guru lain juga udah ngerti kan kakak kan udah kasih surat izin kalian”. Lalu Unyil menjawab sambil menangis “kak kami takut kak, kami tadi dibelakang tembok teriak-teriak itu kami denger kakak-kakak dan yang lain teriak lempar aja tasnya lempar aja. Gitu kak.”. kemudian Embul menjawab “iya kakak kami denger kakak-kakak dan yang lain teriak lempar aja tasnya lempar aja. Saya intip lewat lubang kecil itu kakak dan temen-temen yang lain mukanya kaya muka marah dan terika cepet lempar tasnya!”.

Aku, Cemit dan yang lain pun kaget mendengar cerita Unyil dan Embul seperti itu. Kami berkata “loh kita gak ngomong lempar tasnya, dan kita justru ketawa-tawa”. Cemit pun menghadap kepada ku dan bertanya “terus siapa dong yang teriak lempar tas nya dan yang dilihat Embul berwujud seperti kita sambil marah-marah tas harus dilempar???”. Aku hanya diam karena melihat sekelebat sosok diantara kami. Lalu Melani memegang punggungku dan berkata “Udah kak nit jangan diliatin. Udah jangan pada bengong ya, kita istifar. Sekarang kita beresin yuk barang-barang bekas kita latihan”.

Selesai membereskan barang-barang untuk latihan, kami bergegas pulang dan hingga saat kami pulang sekitar jam 5 lebih 20 menit entah mengapa angin berhembus kencang. Hal tersebut sangat aneh seakan-akan ada yang tidak suka kami dan mengusir kami karena kami latihan disana dan berisisik. Lalu Melani berbicara kepada ku “kak, kakak bisa tahu juga ya tadi ada apa?”. Aku menjawab “hemm kakak Cuma bisa merasakan aja, ya udahlah jangan di bahas lagi. Hehehe”. Lalu Melani membalas jawaban ku dengan suara pelan “iya kak tadi.. ada sosok anak kecil perempuan sekitar seumuran sama kaya aku, ia bilang jangan berisik disini. Jangan disini”. Aku menjawab “yah kamu de, pake cerita ke kakak ga lucu ah udah jang di ceritaiin lagi ya. Ya sudah kamu belok ya? Kakak sam akak Cemit Lurus karena pangkalan angkotnya disana. Dadah..”.

Kami pun berpisah ditengah jalan. Saat aku dan Cemit hanya berdua, Cemit bertanya kepada aku “kenapa sih nit, tadi si Melani sama kamu cerita apa? Aku penasaran tau hehehe”. Aku tidak menjawab pertanyaan Cemit karena aku takut dan masih berfikir dalam hati ku “yang dikatakan melani persis apa yang aku lihat tadi“. Dan kemudian aku berkata kepada Cemit untuk menenangkan Cemit “ga ada apa-apa kok J tenang aja. Eh tuh angkotnya yuk naik”. Kami pun naik angkot dan pulang ke rumah masing-masing. Dan selesai.

Dari pengalaman itu saya mengambil kesimpulan bahwa kita harus menghormati baik itu orang yang masih ada maupun yang telah tiada. Jangan berlaku kurang sopan seperti berisik ditempat yang baru kita datangi, karena kita tidak tahu apakah kita mengganggu atau tidak bagi yang tidak terlihat.

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar