TUGAS
BAHASA INDONESIA 2 (SOFTSKILL)
TULISAN UNTUK BULAN NOVEMBER
ASPEK PENALARAN DALAM KARANGAN ILMIAH (BAB 6)
Disusun
Oleh :
Nama : Anita
NPM : 21213091
Kelas : 3EB26
Jurusan
: Akuntansi
Matakuliah : Bahasa Indonesia 2 # (softskill)
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015
ASPEK
PENALARAN DALAM KARANGAN ILMIAH (BAB 6)
Menulis
Sebagai Proses Penalaran
Menulis merupakan suatu pengungkapan pikiran
yang dituangkan ke dalam bentuk sebuah tulisan. Ide yang dituangkan oleh si
penulis dapat berasal dari pengalaman dan pengetahuan atau pun imajinasi dari
si penulis.
Penalaran merupakan proses berpikir yang
sistematik untuk memperolch kesimpulan berupa pengetahuan.
Menulis
merupakan proses bernalar. Dimana pada saat kita ingin menulis sesuatu tulisan
baik itu dalam bentuk karangan atau pun yang lainnya, maka kita harus mencari
topiknya terlebih dahulu. Dan dalam mencari suatu topik tersebut kita harus
berfikir, maka pada saat kita berfikir tanpa kita sadari kita sendiri telah
melakukan proses penalaran.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa menulis sebagai proses
penalaran, karena dengan menulis kita malakukan proses berfikir secara
sistemmatis (bernalar) untuk menentukan topik dan tema tulisan.
Penalaran Induktif dan Deduktif dalam
Karya Ilmiah
Penalaran Induktif dalam
Karya Ilmiah
Induksi
adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa
khusus untuk menentukan hukum yang umum. (filsafat
ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005).
Berpikir
induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari
hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki
berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk
dari metode berpikir induktif.
Penalaran
secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang
mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang
diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum (filsafat ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005).
Contoh
penalaran induktif :
Harimau
berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Babi berdaun telinga
berkembang biak dengan melahirkan. Ikan paus berdaun telinga berkembang biak
dengan melahirkan.
Kesimpulan
: semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Ada 3 macam penalaran
Induktif :
1.
Generalisasi
Generalisasi merupakan penarikan kesimpulan umum
dari pernyataan atau data-data yang ada. Generalisai Dibagi menjadi 2 :
a. Generalisasi Sempurna
/ Tanpa loncatan induktif :
Fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan.
Contoh
Generalisasi Sempurna / tanpa loncatan induktif :
- Sensus Penduduk.
- Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, baja memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jadi, jika dipanaskan semua logam akan
memuai.
b. Generalisasi Tidak
Sempurna / Dengan loncatan induktif :
Fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
Contoh
Generalisasi Tidak Sempurna / dengan loncatan induktif :
Setelah
kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang
suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang suka bergotong-royong.
2. Analogi
Analogi adalah proses penalaran untuk
menarik kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran
gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat esensial yang bersamaan.
Contoh
analogi :
Untuk
menjadi seorang pemain bola yang professional atau berprestasi dibutuhkan
latihan yang rajin dan ulet. Begitu juga dengan seorang doktor untuk dapat
menjadi doktor yang professional dibutuhkan pembelajaran atau penelitian yang
rajin yang rajin dan ulet. Oleh karena itu untuk menjadi seorang pemain bola
maupun seorang doktor diperlukan latihan atau pembelajaran.
3. Hubungan kausal
Hubungan
kausal (kausalitas) merupakan prinsip sebab-akibat yang sudah pasti antara
segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan
serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal
lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan
tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan
bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi
keraguan apapun.
Macam-macam hubungan
kausal :
1.
Sebab- akibat.
Contoh:
Penebangan liar dihutan mengakibatkan tanah longsor.
2.
Akibat – Sebab.
Contoh:
Andri juara kelas disebabkan dia rajin belajar dengan baik.
3.
Akibat – Akibat.
Contoh:
Toni melihat kecelakaan dijalanraya, sehingga Toni beranggapan adanya korban
kecelakaan.
Penalaran Deduktif dalam
Karya Ilmiah
Penalaran
deduktif merupakan penalaran yang beralur dari pernyataan-pernyataan yang
bersifat umum menuju pada penyimpulan yang bersifat khusus. Pada penalaran
deduktif menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya
dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Metode
ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen
dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih
dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya
dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif
tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Salah
satu macam penalaran induktif, yaitu adalah silogisme :
Silogisme
Silogisme
adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun
dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Jenis-jenis Silogisme :
1. Silogisme Kategorial : Silogisme kategorial adalah silogisme
yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung
silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor
(premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya
menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term
penengah (middle term).
Contoh Silogisme Kategorial :
Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis
Mayor/ Premis Umum)
Akasia adalah tumbuhan (Premis Minor /
Premis Khusus).
Akasia membutuhkan air (Konklusi /
Kesimpulan)
2. Silogisme Hipotesis :
Silogisme hipotetik
adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan
premis minornya adalah proposisi katagorik
Contoh Silogisme Hipotetik :
Jika hujan saya naik becak.(mayor)
Sekarang hujan.(minor)
Saya naik becak (konklusi /
kesimpulan)
3. Silogisme Alternatif : Silogisme alternatif adalah silogisme
yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh Silogisme Alternatif :
Nenek Sumi berada di Bandung atau
Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di
Bogor.
Isi
Karangan
Pada
bagian isi suatu karangan, penulis menyusun gagasan-gagasan karangan menjadi
beberapa bagian atau bab dengan memperhatikan ketersambungan antar paragraf
dan gaya
bahasa yang baik
untuk dibaca oleh pembaca. Jika gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa
yang baik dan benar, maka isi dari suatu karangan dapat tersampaikan maksud dan tujuannya kepada para pembaca.
Sehingga
tidak terjadi salah penalaran dalam
penyampaian maksud dan tujuan dari isi karangan. Salah nalar (reasioning atau
logical fallacy) adalah kekeliruan dalam proses berpikir karena keliru
menafsirkan atau menarik kesimpulan.
Bagian-bagian
isi diantaranya adalah :
Judul
bab atau topic isi bahasan, Uraian singkat isi pokok bahasan, Penjelasan
tujuan bab, Uraian
isi pelajaran, Penjelasan
teori, Sajian
contoh, Ringkasan
isi bab, Soal
latihan, Kunci
jawaban soal latihan.
Fakta sebagai unsur dasar penalaran karangan
Agar
dapat menalar dengan tepat, perlu kita memiliki pengetahuan tentang fakta yang
berhubungan. Jumlah fakta tak terbatas, sifatnya pun beraneka ragam. Oleh sebab
itu, sebagai unsur dasar dalam penalaran ilmiah, kita harus mengetahui apa
pengertian dari fakta.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fakta memiliki definisi sebagai hal
(keadaan atau peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada
atau terjadi. Selain itu, fakta juga merupakan pengamatan yang telah
diverifikasi secara empiris (sesuai dengan bukti atau konsekuensi yang teramati
oleh indera). Fakta bila dikumpulkan secara sistematis dengan beberapa sistem
serta dilakukan secara sekuensial maka fakta tersebut mampu melahirkan sebuah
ilmu. Sebagai kunci bahwa fakta tidak akan memiliki arti apa-apa tanpa sebuah
teori dan fakta secara empiris dapat melahirkan sebuah teori baru.
Untuk
memahami hubungan antara fakta-fakta yang sangat banyak itu, kita perlu
mengenali fakta-fakta itu secara sendiri-sendiri. Ini berarti bahwa kita harus
mengetahui ciri-cirinya dengan baik. Dengan begitu, kita dapat mengenali
hubungan di antara fakta-fakta tersebut dengan melakukan penelitian. Selain
itu, kita dapat menggolong-golongkan sejumlah fakta ke dalam bagian-bagian
dengan jumlah anggota yang sama banyaknya. Proses seperti itu disebut
pembagian, namun pembagian di sini memiliki taraf yang lebih tinggi dan disebut
klasifikasi.
Kesimpulannya
: fakta sebagai unsur dasar dalam penalaran karangan karena dalam membuat suatu
karangan baik itu karangan ilmiah atau karangan non ilmiah harus didasari oleh
fakta, dan penulis harus mengerti serta memahami fakta tersebut, sehingga dapat
di kembangkan dan disusun menjadi sebuah karangan.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar