TUGAS
BAHASA INDONESIA 2 (SOFTSKILL)
TULISAN
KE-1
PENALARAN ILMIAH, BERFIKIR DEDUKTIF, DAN BERFIKIR INDUKTIF
Disusun
Oleh :
Nama
: Anita
NPM : 21213091
Kelas : 3EB26
Jurusan
: Akuntansi
Matakuliah : Bahasa Indonesia 2 # (softskill)
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015
PENALARAN
ILMIAH (BAB 1)
Definisi Penalaran
Penalaran (reasioning) adalah suatu
proses berpikir secara sistematik dan logis berdasarkan bukti, fakta atau
petunjuk sehingga memperoleh suatu kesimpulan. Bahan pengambilan kesimpulan itu
dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas).
Ciri – Ciri Penalaran :
1. Adanya suatu pola pikir yang secara
luas di sebut logika.
2. Sifat analitik dari proses berfikir.
Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berfikir berdasarkan langkah
– langkah tertentu.
3. Menghasilakan kesimpulan berupa
pengetahuan,keputusan atau sikap yang baru.
4. Premis berupa pengalaman atau
pengetahuan, bahkan teori yang telah di peroleh.
Tujuan Penalaran
Tujuan
dari penalaran adalah untuk menentukan secara logis atau objektif, apakah yang
kita lakukan itu benar atau tidak sehingga dapat dilaksanakan.
Ada dua jenis penalaran
secara umum :
1. Penalaran Deduktif
Penalaran
deduktif merupakan penalaran yang beralur dari pernyataan-pernyataan yang
bersifat umum menuju pada penyimpulan yang bersifat khusus. Pada penalaran
deduktif menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya
dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh
Penalaran Deduktif :
-
telavisi adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk
beroperasi.
-
komputer adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk
beroperasi.
Kesimpulannya : semua barang elektronik
membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
Contoh
lain Deduktif :
Cuaca
hari ini sangat terik, ditambah lagi dengan angin sehingga siang hari menjadi
panas, dan berdebu. Akibatnya banyak orang baik itu orang dewasa maupun
anak-anak yang mengalami sakit influenza, panas dalam, demam, bahkan dehidrasi
dan ISPA (Infeksi saluran Pernafasan).
2. Penalaran Induktif
Penalaran
induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.
Prosesnya disebut induksi.
Contoh
penalaran induktif :
Harimau
berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Babi berdaun telinga
berkembang biak dengan melahirkan. Ikan paus berdaun telinga berkembang biak
dengan melahirkan.
Kesimpulan
: semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Salah Nalar
Salah
nalar (reasioning atau logical fallacy) adalah kekeliruan dalam proses berpikir
karena keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi
karena faktor emosional, kecerobohan atau ketidaktahuan.
Contoh
sederhana :
Seseorang
mengatakan, ”Di sekolah, Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang
terpenting. Tanpa menguasai Bahasa Indonesia seorang siswa tidak mungkin dapat
memahami mata pelajaran lainnya dengan baik.”
Pernyataan
tersebut tidaklah tepat. Bahwa Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran
penting, memang benar. Tetapi kalau dikatakan terpenting, tampaknya perlu
dipertanyakan.
Salah
tafsir dapat terjadi karena kekeliruan induktif, deduktif, penafsiran relevansi
dan peggunaan otoritas yang berlebihan.
Proposisi
Proposisi
adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara subjek dan predikat.
Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk
subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat. Kaliimat Tanya, kalimat
perintah, kalimat harapan, dan kalimat inversi tidak dapat disebut
proposisi. Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Tetapi
kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi
kalimat berita yang netral.
Jenis-Jenis Proposisi
Proposisi
dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan :
1. Berdasarkan Bentuk
Berdasarkan
bentuk dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
Ø Tunggal adalah proposisi yang terdiri dari
satu subjek dan satu predikat atau hanya mengandung satu pernyataan.
Contoh
:
Semua
petani harus bekerja keras.
Setiap
pemuda adalah calon pemimpin
Ø Majemuk
atau jamak adalah
proposisi yang terdiri dari satu subjek dan lebih dari satu predikat.
Contoh
:
Semua
petani harus bekerja keras dan hemat.
Paman
bernyanyi dan menari.
2. Berdasarkan Sifat
Berdasarkan
sifat, proporsisi dapat dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu:
Ø Kategorial adalah proposisi yang hubungan antara
subjek dan predikatnya tidak membutuhkan / memerlukan syarat apapun.
Contoh:
Semua
kursi di ruangan ini pasti berwarna coklat.
Semua
daun pasti berwarna hijau.
Ø Kondisional adalah proposisi yang
membutuhkan syarat tertentu di dalam hubungan subjek dan predikatnya. Proposisi
dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu: proposisi kondisional hipotesis dan
disjungtif.
Contoh
proposisi kondisional : Jika hari mendung maka akan turun hujan
Contoh
proposisi kondisional hipotesis : Jika harga BBM turun maka rakyat akan
bergembira.
Contoh
proposisi kondisional disjungtif : Christiano ronaldo pemain bola atau bintang
iklan.
3. Berdasarkan Kualitas
Proposisi
ini juga dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
Ø Positif (afirmatif) : proposisi yang
membenarkan adanya persesuaian hubungan antar subjek dan predikat.
Contoh:
Semua
dokter adalah orang pintar
Sebagian
manusia adalah bersifat sosial
Ø Negatif : proposisi yang menyatakan
bahawa antara subjek dan predikat tidak mempunyai hubungan.
Contoh:
Semua
harimau bukanlah singa
Tidak
ada seorang lelaki pun yang mengenakan rok
4. Berdasarkan Kuantitas
proposisi
dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
Ø Umum : Predikat proposisi membenarkan
atau mengingkari seluruh subjek.
Contoh:
Semua
gajah bukanlah kera
Tidak
seekor gajah pun adalah kera
Ø Khusus : predikat proposisi hanya
membenarkan atau mengingkari sebagian subjeknya.
Contoh:
Sebagian
mahasiswa gemar olahraga
Tidak
semua mahasiswa pandai bernyanyi
Definisi inferensi
Inferensi
adalah tindakan atau proses yang berasal kesimpulan logis dari premis-premis
yang diketahui atau dianggap benar. Kesimpulan yang ditarik juga disebut
sebagai idiomatik. Hukum valid inference dipelajari dalam bidang logika. Inferensi
manusia (yaitu bagaimana manusia menarik kesimpulan).
Jenis-jenis Inferensia
1. Inferensi Langsung : Inferensi yang kesimpulannya
ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan
kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Contoh Inferensia Langsung : Pohon yang di tanam pak
Budi setahun lalu hidup.
(Dari
premis tersebut dapat kita lansung menari kesimpulan (inferensi) bahwa: pohon
yang ditanam pak budi setahun yang lalu tidak mati).
2. Inferensi Tak Langsung : Inferensi yang kesimpulannya
ditarik dari dua atau lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi
baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
Contoh
Inferensi Tak Langsung :
A : Saya
melihat ke dalam kamar itu.
B : Plafonnya
sangat tinggi.
Inferensi
yang menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya (C) berikut ini.
C: kamar itu
memiliki plafon
Wujud Evidensi
Unsur yang paling penting dalam suatu
tulisan argumentatif adalah evidensi.
Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian,
semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk
membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak
boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal dengan pernyataan dan penegasan.
Pernyataan tidak berpengaruh apa-apa pada evidensi, ia hanya sekedar menegaskan
apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Dalam wujud yang paling rendah
evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau
informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu.
Cara
Menguji Data
a.
Observasi (metode
pengamatan langsung) : metode pengumpulan data dengan mengamati secara langsung
di lapangan. Mengamati bukan hanya melihat, melainkan juga merekam, menghitung,
mengukur, dan mencatat kejadian-kejadian yang ada.
b.
Kesaksian : Keharusan
menguji data dan informasi, tidak selalu harus dilakukan dengan
observasi. Kadang-kadang sangat sulit untuk mengharuskan seseorang mengadakan
observasi atas obyek yang akan dibicarakan. Kesulitan itu terjadi karena waktu,
tempat, dan biaya yang harus dikeluarkan. Untuk mengatasi hal itu penulis atau
pengarang dapat melakukan pengujian dengan meminta kesaksian atau keterangan
dari orang lain, yang tidak mengalami sendiri atau menyelidiki sendiri
persoalan itu.
c.
Autoritas : Cara
ketiga yang dapat dipergunakan untuk menguji fakta dalam usaha menyusun
evidensi adalah meminta pendapat dari suatu autoritas, yakni pendapat
dari seorang ahli, atau mereka yang telah menyelidiki fakta-fakta itu dengan
cermat, memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta kemudian memberikan
pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu.
Cara Menguji Fakta
a.
Konsistensi : Dasar
pertama yang dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan dipakai sebagai
evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai
tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat konsisten,
tidak ada satu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi yang lain.
b. Koherensi : Dasar kedua yang dapat dipakai untuk
mengadakan penilaian fakta mana yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah
masalah koherensi. Semua fakta yang akan dipergunakan sebagai evidensi harus
pula koheren dengan pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan pandangan
atau sikap yang berlaku. Bila penulis menginginkan agar sesuatu hal dapat
diterima, ia harus meyakinkan pembaca bahwa karena pembaca setuju atau menerima
fakta-fakta dan jalan pikiran yang menemukakannya, maka secara konsekuen pula
pembaca harus menerima hal lain, yaitu konklusinya.
Cara
Menilai Autoritas :
a.
Tidak Mengandung Prasangka :
Dasar pertama yang perlu diketahui oleh penulis adalah bahwa pendapat autoritas
sama sekali tidak boleh mengandung prasangka. Yang tidak mengandung prasangka
artinya pendapat itu disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
ahli itu sendiri, atau didasarkan pada hasil-hasil eksperimental yang
dilakukannya. Pengertian tidak mengandung prasangka juga mencakup hal lain,
yaitu bahwa autoritas itu tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi dari
data-data eksperimentalnya.
b.
Pengalaman dan Pendidikan Autoritas : Dasar kedua yang harus diperhitungkan penulis untuk
menilai pendapat suatu autoritas adalah menyangkut pengalaman dan pendidikan
autoritas. Pendidikan yang diperolehnya harus dikembangkan lebih lanjut dalam
kegiatan-kegiatan sebagai seorang ahli yang diperoleh melalui pendidikannya
tadi.
Walaupun jaman kita ini sudah begitu condong atau cenderung dengan
berbagai macam spesifikasi, namun kita tidak boleh mengabaikan keahlian
seseorang dalam beberapa macam bidang tertentu.
c.
Kemashuran dan Prestise : Faktor
ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas adalah
meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas
itu hanya sekedar bersembunyi di balik kemashuran dan prestise pribadi di
bidang lain.
d.
Koherensi dengan Kemajuan
: Hal keempat yang perlu diperhatikan penulis argumentasi adalah apakah
pendapat yang diberikan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan
jaman, atau koheren dengan pendapat atau sikap terakhir dalam bidang itu. untuk
memberi evaluasi yang tepat terhadap autoritas yang dikutip, pengarang harus
menyebut nama autoritas, gelar, kedudukatif, dan sumber khusus tempat kutipan
itu dijumpai. Bila mungkin penulis harus mengutip setepat-tepatnya kata-kata
atau kalimat autoritas tersebut. Untuk memperlihatkan bahwa penulis
sungguh-sungguh siap dengan persoalan yang tengah diargumentasikan, maka
sebaiknya seluruh argumentasi itu jangan didasarkan hanya pada satu autoritas.
BERFIKIR
DEDUKTIF (BAB 2)
Konsep Berpikir Deduktif
(bottom-up (pendekatan deduktif))
Berikut
ini beberapa pendapat mengenai pengertian deduktif :
1) Menurut Jujun S
Suriasumantri
Deduksi
adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari
dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
2) Menurut Wikipedia
Metode
berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum
terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang
khusus.
3) Menurut Diktat
Universitas Sumatera Utara
Deduksi
merupakan proses pengambilan kesimpulan sebagai akibat dari alasan-alasan yang
diajukan berdasarkan hasil analisis data.
4) Menurut Santoso
Penalaran
deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Konsep Bernalar Dalam
Karangan Secara Deduktif
Penalaran
deduktif merupakan penalaran yang beralur dari pernyataan-pernyataan yang
bersifat umum menuju pada penyimpulan yang bersifat khusus. Pada penalaran
deduktif menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya
dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Metode
ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen
dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih
dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya
dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif
tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Silogisme
Silogisme
adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun
dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Jenis-jenis Silogisme :
1. Silogisme Kategorial : Silogisme kategorial adalah silogisme
yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung
silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis
mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang
termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut
adalah term penengah (middle term).
Contoh Silogisme Kategorial :
Semua tumbuhan membutuhkan air.
(Premis Mayor/ Premis Umum)
Akasia adalah tumbuhan (Premis Minor /
Premis Khusus).
Akasia membutuhkan air (Konklusi /
Kesimpulan)
2. Silogisme Hipotesis :
Silogisme hipotetik
adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan
premis minornya adalah proposisi katagorik
Contoh Silogisme Hipotetik :
Jika hujan saya naik becak.(mayor)
Sekarang hujan.(minor)
Saya naik becak (konklusi /
kesimpulan)
3. Silogisme Alternatif : Silogisme alternatif adalah silogisme
yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh Silogisme Alternatif :
Nenek Sumi berada di Bandung atau
Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di
Bogor.
BERFIKIR
INDUKTIF (BAB 3)
Konsep Berpikir Induktif
(Top-down (pendekatan induktif))
Induksi
adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa
khusus untuk menentukan hukum yang umum. (filsafat
ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005).
Berpikir
induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari
hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki
berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk
dari metode berpikir induktif.
Konsep Bernalar Dalam
Karangan Secara Induktif
Penalaran
secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang
mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang
diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum (filsafat ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan.
2005).
Ada 3 macam penalaran
Induktif :
1.
Generalisasi
Generalisasi merupakan penarikan kesimpulan umum
dari pernyataan atau data-data yang ada. Generalisai Dibagi menjadi 2 :
a. Generalisasi Sempurna
/ Tanpa loncatan induktif :
Fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan.
Contoh Generalisasi Sempurna / tanpa
loncatan induktif :
- Sensus Penduduk.
- Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, baja memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jadi, jika dipanaskan semua logam akan
memuai.
b. Generalisasi Tidak
Sempurna / Dengan loncatan induktif :
Fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
Contoh
Generalisasi Tidak Sempurna / dengan loncatan induktif :
Setelah
kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang
suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang suka bergotong-royong.
Hipotesa dan Teori
Hipotese
(hypo“di bawah“, tithenai“menempatkan“) adalah semacam teori atau kesimpulan
yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai
penentu dalam peneliti fakta-fakta tertentu sebagai penuntun dalam meneliti
fakta-fakta lain secara lebih lanjut. Sebaliknya teori sebenarnya merupakan
hipotese yang secara relatif lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan
hipotese.
Contoh
Hipotesis :
Tanzi
& Davoodi (1998) membuktikan bahwa dampak korupsi pada pertumbuhan ekonomi
dapat dijelaskan melalui empat hipotesis (semua dalam kondisi ceteris paribus)
:
Hipotesis
: tingginya tingkat korupsi memiliki hubungan dengan tingginya investasi
publik. Politisi yang korup akan meningkatkan anggaran untuk investasi publik.
Sayangnya mereka melakukan itu bukan untuk memenuhi kepentingan publik,
melainkan demi mencari kesempatan mengambil keuntungan dari proyek-proyek
investasi tersebut. Oleh karena itu, walau dapat meningkatkan investasi publik,
korupsi.
2. Analogi
Analogi
dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya
bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana
dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. Analogi
dilakukan karena antara sesuatu yang diabandingkan dengan pembandingnya
memiliki kesamaan fungsi atau peran. Melalui analogi, seseorang dapat
menerangkan sesuatu yang abstrak atau rumit secara konkrit dan lebih mudah
dicerna. Analogi yang dimaksud adalah anlogi induktif atau analogi logis.
Contoh
analogi :
Untuk
menjadi seorang pemain bola yang professional atau berprestasi dibutuhkan
latihan yang rajin dan ulet. Begitu juga dengan seorang doktor untuk dapat
menjadi doktor yang professional dibutuhkan pembelajaran atau penelitian yang
rajin yang rajin dan ulet. Oleh karena itu untuk menjadi seorang pemain bola
maupun seorang doktor diperlukan latihan atau pembelajaran.
Jenis-jenis Analogi:
1.
Analogi induktif : analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada
dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena
pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu
metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat
diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus
yang diperbandingkan.
Contoh
analogi induktif :
Tim
Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka tim
Thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari.
2.
Analogi deklaratif : Analogi
deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang
belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini
sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima
apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
contoh
analogi deklaratif :
deklaratif
untuk penyelenggaraan negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala
negara dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan
yang benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati.
3. Hubungan kausal
Hubungan
kausal (kausalitas) merupakan perinsip sebab-akibat yang sudah pasti antara
segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan
serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal
lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan
tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan
bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi
keraguan apapun.
Macam-macam hubungan
kausal :
1.
Sebab- akibat.
Contoh:
Penebangan liar dihutan mengakibatkan tanah longsor.
2.
Akibat – Sebab.
Contoh:
Andri juara kelas disebabkan dia rajin belajar dengan baik.
3.
Akibat – Akibat.
Contoh:
Toni melihat kecelakaan dijalanraya, sehingga Toni beranggapan adanya korban
kecelakaan.
Induksi Dalam Metode Eksposisi
Eksposisi
adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana
isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan
gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Karangan
ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi
informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian,
dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak
jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses
kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.
Langkah menyusun eksposisi:
•
Menentukan topik/tema
•
Menetapkan tujuan
•
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
•
Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
•
Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
SUMBER-SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar