TUGAS ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI
(SOFTSKILL)
TULISAN BEBAS (Cerpen)
Nama : Anita
NPM :
21213091
Kelas : 2EB26
UNIVERSITAS GUNADARMA
Salam
kenal untuk teman-teman semua, untuk memenuhi tugas softskill mengenai tulisan bebas.
Berikut Ini adalah kisah nyata dari pengalaman saya, teman saya, dan anak-anak
didik teman saya. Karena teman saya, adalah seorang pelatih PMR (Palang Merah
Remaja) di suatu Sekolah Menegah Pertama (SMP). Maka untuk menjadi prefesi dan
nama baik pihak-pihak yang bersangkutan dicerita ini. Saya akan samarkan
nama-nama pihak yang bersangkutan dicerita ini. Cerita ini saya publikasikan
untuk memenuhi tugas softskill mengenai tulisan bebas dan untuk berbagi
pengalaman dengan teman-teman pembaca.
Cerpen ini kisah nyata, karangan : Anita
Jangan Berisik
Sabtu,
tahun 2014 sekitar bulan Juni, aku diminta untuk membantu temanku yaitu Cemit
(panggilan akrabku padanya). Cemit mengirim sms kepada aku “nit (paggilan
akrabnya untukku) hari ini kamu ada jadwal kuliah ga? Kalo ga ada, bisa ga hari
ini temenin aku ngajar PMR di SMP (tempat cemit mengajar PMR) soalnya anak-anak
yang nanti latihan PMR dari kelas 8 s/d kelas 9 untuk demonstrasi dihadapan
anak-anak baru yang sedang di MOS (Masa Orientasi Siswa)? Aku takut kewalahan
dan ada praktek PP (Pertolongan Pertama) bagian pembalutan luka aku ada yang
lupa, kamu kan paling jago nit. Kalo kamu bisa, hari ini jam 1 siang
latihannya. Nanti aku nyamper ke rumah kamu sekitar jam setengah 1 siang,
setelah aku sholat”. Aku pun membalas sms nya cemit “bisa cemit, hari ini aku
sedang tidak ada jadwal kuliah. Ya udah kalo kamu sudah dijalan menuju rumahku,
kamu sms aku ya mit”. Setelah itu Cemit pun membalas sms aku “oke nit J
makasih nit mau bantu”. Maka aku pun membalas smsnya “iya cemit J
sama-sama”.
Lalu sekitar jam setengah 1 siang
Cemit mengabari ku lewat sms kalau dia sudah dijalan menuju rumahku. Tidak lama
kemudian Cemit sampai dirumahku, dan karena aku sudah siap, kami pun langsung
berangkat menuju SMP tempat cemit mengajar PMR. Kami sampai di SMP tempat cemit
mengajar sekitar jam 2, kami datang terlambat karena lokasi cukup jauh dan kami
terjebak macet, selain itu karena naik angkutan umum kami harus menunggu
angkutan umumnya jalan. Rupanya anak-anak sudah memulai latihannya, anak-anak
yang terpilih untuk demostrasi hanya beberapa orang yaitu Unyil, Usro, Embul, Cuplis,
Upin, Ipin, Melani, Yayah, Ipeh, Lala.
Dengan
ekspresi ceria mereka berteriak memanggil Cemit “wah kakak baru dateng, kakak
miss telat hehehe..”. Cemit pun membalas candaan anak-anak didiknya “yah.. maaf
deh kakak kan naik angkot, jangan dong kakak kan terlalu on time masa miss
telat hehehe. Temen-temen kalian yang lain kemana?”. Lalu mereka pun menjawab
sambil tertwa bersama “waduh kakak memang telalu on time kak J
hahaha”. Salah satu dari mereka yaitu Melani menjawab “yang lain kelas 9 ga
bisa izin semua kak karena ada pelajaran
tambahan, kalo yang kelas 8 lainnya udah pulang. Jadi yang latihan cuma yang
ikut Demostrasi aja kak”. Cemit pun menjawab “oh begitu, ya udah kalo begitu
kita mulai latihannya, tapi sebelunya kakak kenalin dulu nih temen kakak sejak
SMA dulu dia wakil kakak waktu di ekskul PMR panggil aja kak nit ya”. Mereka
pun tersenyum kepada ku, dan berkata “hai kak J mohon
bantuannya ya kak ajari kami”. Aku pun menjawab “iya J
salam kenal ya semuanya”. Cemit pun berkata “nah ayo coba tunjukan hasil
latihan kita kemarin, kemarin kan kita udah latihan tapi dibagian pertolongan
pertamanya ada yang salah. Ini ada kak nit yang akan bantuin kakak untuk ajarin
kalian. Tapi tunggu deh kalian mau latihan disini, disamping bagian belakang
sekolah sebelah kanan? Emang ga bisa dilapangan sekolah?” mereka menjawab “iya
kak karena dilapangan sekolah sudah penuh anak-anak ekskul lain juga laihan
kak”. Cemit pun berkata “hemm ya udah deh ga apa-apa, ayo kita latihan”.
Setelah
mendengar perkataan Cemit menanyakan kenapa latihan disini dengan penuh
keraguan, aku menjadi mulai merasa kurang nyaman dengan tempat latihan kami,
ditambah lagi posisi kami latihan adalah halaman sebuah rumah kosong yang sudah
rusak beberapa bagian rumahnya. Rumah kosong itu teletak paling pojok dijajaran
rumah warga sekitar, dan banyak pepohonan yang rindang disekitarnya. Mereka pun
memulai demostrasi mereka, aku dan cemit memperhatikan demostrasi pertolongan
yang mereka lakukan. Memeng benar yang cemit katakan, dibagian melakukan pembalutan
luka ada kesalahan. Maka aku pun menghentikan demostrasi mereka dan mengajari
mereka. Sedangkan cemit menginstruksi langkah demi langkah anak-anak didiknya
dalam melakukan demostrasi. Tak terasa hari mulai sore sekitar jam 4 lebih 15
menit dan kami pun memutuskan untuk beristirahat.
Awal
mula kami latihan, warga sekitar banyak yang berkumpul didekat tempat kami
latihan terutama ibu-ibu yang mengobrol serta ada yang menyuapi anaknya dan
anak-anak yang sedang bermain. Tetapi anehnya saat kami beristirahat karena
hari sudah mulai sore dan istirahat sholat ashar, ibu-ibu dan anak-anak
tersebut mulai pulang ke rumahnya masing-masing dan ekitar kami pun mulai sepi.
Akhirnya cemit dan anak-anak yang lain sholat, karena aku nonmuslim, aku dan
anak-anak yang sedang berhalangan untuk sholat bertugas menjaga barang-barang
latihan sementara yang lain sholat.
Aku,
Melani, dan Yayah saat itu kami menunggu mereka yang sedang sholat. Kami
bertiga mulai merasakan hawa (udara) yang dingin, padahal sore hari itu sangat
cerah mataharinya, tidak ada tanda-tanda akan terjadi hujan. Melani yang
kebetulan mempunyai indra keenam dan melani dapat melihat mahluk halus.
Sedangkan aku kebetulan hanya dapat merasakan situasi dimana suatu tempat
tersebut ada sesuatu yang aneh. Yayah dengan polosnya berkata kepada ku dan
melani “kak nit, melani kok dingin ya?”. Aku menjawab “hah? Ga kok tenang aja,
mungkin cuma perasaan kamu aja” aku tersenyum kepada Yayah untuk menenangkan
Yayah. Walaupun sebenarnya aku sudah tahu bahwa tempat ini ada yang tidak
beres. Sedangkan Melani hanya diam saja, karena aku tahu melani pun sudah
melihat dan merasakan seseuatu yang aneh.
Beberapa
saat kemudian selesai sholat Cemit, Upin, Ipin, Ipeh, Lala kembali ketempat
kami latihan. Aku pun bertanya kepada Cemit “loh kok Unyil, Usro, Embul, Cuplis
ga kesini lagi? Mereka kemana cemit?”. Lalu cemit menjawab “mereka lagi ambil
tas mereka nit kan dikit lagi kita mau selesai latihan. Sekalian mereka amilin
tas yang lain juga”. Tak lama kemudian Unyil, Usro, Embul, dan Cuplis berteriak
untuk bercanda berisik sekali “woi woi woi tas siapa sih ini berat banget
jangan diambilin ah, tinggalin aja disini hahaha” dari tembok sekolah pembatas
antara sekolah mereka dengan tempat latihan kami yaitu halaman sebuah rumah
kosong. Tembok pembatas tersebut terdapat lubang kecil disana terlihat mata
dari salah satu mereka, melihat kami diluar. Lalu anak-anak yang diluar
berteriak kecuali Melani, aku dan Cemit kami hanya diam dan cemit manasehati
anak-anak didiknya agar jangan berisik.
Tiba-tiba
tas-tas anak-anak terlempar dari tembok, dan ada suara Unyil, Usro, Embul, dan Cuplis
dimarahi oleh seorang guru sebut saja Pak Raden karena mereka melempar tas dan
dikir Pak Raden mereka ingin kabur dari sekolah selama jam pelajaran, padahal
mereka ada surat izin latihan PMR untuk demostrasi. Cemit dan aku menghampiri
mereka dan Pak Raden untuk menjelaskan yang terjadi sebenarnya serta menunjukan
surat izin untuk latihan.
Setelah
itu Cemit dan aku membawa Unyil, Usro, Embul, Cuplis kembali ke tempat latihan.
Mereaka menangis ketakutan sampai terlihat pucat, mereka menangis sambil
membaca ayat-ayat suci al-quran. Aku dan Cemit bertanya kepada mereka, sambil
menenangkan mereka “kalian kenapa??? Udah ga apa-apa kok kalian ga akan dihukm
karena masalahnya udah selesai. Pak Raden dan guru-guru lain juga udah ngerti
kan kakak kan udah kasih surat izin kalian”. Lalu Unyil menjawab sambil
menangis “kak kami takut kak, kami tadi dibelakang tembok teriak-teriak itu
kami denger kakak-kakak dan yang lain teriak lempar aja tasnya lempar aja. Gitu
kak.”. kemudian Embul menjawab “iya kakak kami denger kakak-kakak dan yang lain
teriak lempar aja tasnya lempar aja. Saya intip lewat lubang kecil itu kakak
dan temen-temen yang lain mukanya kaya muka marah dan terika cepet lempar
tasnya!”.
Aku,
Cemit dan yang lain pun kaget mendengar cerita Unyil dan Embul seperti itu.
Kami berkata “loh kita gak ngomong lempar tasnya, dan kita justru ketawa-tawa”.
Cemit pun menghadap kepada ku dan bertanya “terus siapa dong yang teriak lempar
tas nya dan yang dilihat Embul berwujud seperti kita sambil marah-marah tas
harus dilempar???”. Aku hanya diam karena melihat sekelebat sosok diantara
kami. Lalu Melani memegang punggungku dan berkata “Udah kak nit jangan
diliatin. Udah jangan pada bengong ya, kita istifar. Sekarang kita beresin yuk
barang-barang bekas kita latihan”.
Selesai
membereskan barang-barang untuk latihan, kami bergegas pulang dan hingga saat
kami pulang sekitar jam 5 lebih 20 menit entah mengapa angin berhembus kencang.
Hal tersebut sangat aneh seakan-akan ada yang tidak suka kami dan mengusir kami
karena kami latihan disana dan berisisik. Lalu Melani berbicara kepada ku “kak,
kakak bisa tahu juga ya tadi ada apa?”. Aku menjawab “hemm kakak Cuma bisa
merasakan aja, ya udahlah jangan di bahas lagi. Hehehe”. Lalu Melani membalas
jawaban ku dengan suara pelan “iya kak tadi.. ada sosok anak kecil perempuan
sekitar seumuran sama kaya aku, ia bilang jangan berisik disini. Jangan
disini”. Aku menjawab “yah kamu de, pake cerita ke kakak ga lucu ah udah jang
di ceritaiin lagi ya. Ya sudah kamu belok ya? Kakak sam akak Cemit Lurus karena
pangkalan angkotnya disana. Dadah..”.
Kami
pun berpisah ditengah jalan. Saat aku dan Cemit hanya berdua, Cemit bertanya
kepada aku “kenapa sih nit, tadi si Melani sama kamu cerita apa? Aku penasaran
tau hehehe”. Aku tidak menjawab pertanyaan Cemit karena aku takut dan masih
berfikir dalam hati ku “yang dikatakan melani persis apa yang aku lihat tadi“. Dan
kemudian aku berkata kepada Cemit untuk menenangkan Cemit “ga ada apa-apa kok J
tenang aja. Eh tuh angkotnya yuk naik”. Kami pun naik angkot dan pulang ke rumah
masing-masing. Dan selesai.
Dari pengalaman itu saya mengambil
kesimpulan bahwa kita harus menghormati baik itu orang yang masih ada maupun
yang telah tiada. Jangan berlaku kurang sopan seperti berisik ditempat yang
baru kita datangi, karena kita tidak tahu apakah kita mengganggu atau tidak
bagi yang tidak terlihat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar